Hindari makanan penyebab ALERGI pada anak pasca khitan
Apa itu Alergi Makanan?
Alergi makanan merupakan suatu kumpulan gejala pada organ tubuh akibat reaksi alergi terhadap bahan makanan tertentu. Reaksi alergi merupakan suatu reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat pemicu alergi (disebut Allergen) yang secara umum tidak berbahaya bagi tubuh (misalnya makanan, serbuk bunga, debu, obat-obatan dan lainnya) sehingga tubuh akan memproduksi antibodi alergi yang merupakan protein dari sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap zat pemicu alergi saat tubuh terpapar bahan pemicu alergi.
Epidemiologi Alergi Makanan
Diperkirakan sekitar 220-250 juta penduduk di seluruh dunia menderita alergi makanan. Alergi makanan terjadi pada 4-8% anak-anak dan 5% orang dewasa di USA.2 Pada anak yang salah satu orangtuanya memiliki riwayat atopi (riwayat kecenderungan menderita penyakit alergi) maka kemungkinan anak memiliki riwayat alergi sebesar 17-29%, sementara itu apabila kedua orang tua memiliki riwayat atopi maka kemungkinan anak memiliki riwayat alergi menjadi lebih tinggi hingga 53-58%.
Did you know?
“Prinsip utama mencegah alergi makanan adalah menghindari makanan pencetus alergi. Meskipun tidak bisa membaik sepenuhnya, tetapi alergi makanan akan membaik pada usia tertentu. Imaturitas saluran cerna membaik sehingga gejala alergi berkurang”
Makanan Penyebab Alergi
Menurut FDA (Food and Drug Administration) berikut merupakan makanan yang dapat memicu reaksi alergi:
- Susu
- Telur
- Ikan
- Makanan laut seperti kepiting, lobster, dan udang
- Kacang pohon seperti almond dan biji kenari
- Kacang Tanah
- Gandum
- Kedelai
Anak-anak dengan riwayat alergi makanan memiliki resiko 2-4 kali lebih tinggi mengalami gangguan lain seperti asma, rhinitis alergi dan reaksi alergi lain dibandingkan anak tanpa riwayat alergi makanan.
Alergi makanan dapat mulai timbul pada usia berapapun, namun paling sering dialami pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Alergi makanan yang muncul pada anak usia 15 tahun keatas cenderung bersifat menetap.
Gejala Alergi Makanan
Gejala alergi makanan dapat terjadi pada berbagai organ tubuh seperti pada kulit (gatal, kemerahan, bengkak), saluran nafas (rhinitis, asma bronkial, batuk berulang), saluran cerna (gatal atau bengkak di bibir, mulut, faring, muntah, nyeri perut, kembung, perdarahan usus), mata (kemerahan, gatal), dan telinga.
Setiap makanan dapat memberi reaksi alergi pada organ tubuh yang berbeda seperti contohnya konsumsi udang dapat menyebabkan kulit terasa gatal sementara itu konsumsi susu dapat menyebabkan muntah, nyeri perut, dan kembung. Organ tubuh yang memberi gejala reaksi alergi juga dapat berpindah, misalnya ketika bayi menderita eksim kulit namun saat ini anak juga mengalami sesak ataupun pilek yang tak kunjung sembuh (rhinitis alergi).
Reaksi alergi makanan dapat timbul dalam beberapa menit hingga dua jam setelah mengonsumsi makanan pemicu alergi. Gejala yang muncul dapat bersifat ringan hingga sedang, seperti bengkak di wajah, bibir ataupun mata, kulit terasa gatal, nyeri perut dan muntah. Selain itu juga dapat memberi gejala berat yang disebut reaksi anafilaksis, berupa sulit bernafas, mengi, lidah bengkak, batuk-batuk, pucat hingga penurunan kesadaran.
Diagnosis Alergi Makanan
Untuk menentukan adanya reaksi alergi makanan, perlu diketahui lebih dahulu makanan yang dicurigai menyebabkan reaksi alergi, jumlah makanan yang dikonsumsi, jarak waktu yang dibutuhkan hingga memberi gejala reaksi alergi setelah mengonsumsi makanan yang dicurigai dan gejala yang ditimbulkan.
Beberapa pemeriksaan lanjutan berikut dapat dilakukan untuk mengetahui adanya alergi makanan seperti :
- Uji kulit, seperti uji gores, uji tusuk dan uji suntik dengan menggunakan bahan alergen yang ada di lingkungan misalnya bahan alergen hirup (debu, kapuk, sari bunga), atau alergen makanan (susu, telur, kacang, ikan)
- Tes darah
- Pemeriksaan imunoglobulin
- Uji provokasi makanan (Double blind placebo control food challenge).
Apa yang Dapat Bunda Lakukan Dirumah ?
Reaksi alergi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan dan dihindari kemunculannya dengan menghindari makanan yang memicu reaksi alergi. Sementara itu pemberian obat obatan umumnya bertujuan untuk meringankan gejala reaksi alergi yang timbul, dan mengurangi frekuensi kemunculan reaksi alergi.
Orang tua dapat menghindari pemberian makanan yang memicu reaksi alergi, dan pastikan untuk mengetahui komposisi makanan yang akan diberikan untuk anak dengan membaca label pada kemasan. Selain itu, juga dapat memberikan makanan pengganti untuk anak misalnya sebagai pengganti susu sapi dapat diberikan susu hidrolisat whey, susu hipoalergenik, maupun pemberian daging sapi atau kambing sebagai pengganti telur ayam dan ikan.1
Orang tua juga perlu memahami gejala reaksi alergi ringan hingga berat yang dapat timbul akibat alergi makanan dan segera menemui dokter atau ke fasilitas kesehatan terdekat jika muncul gejala reaksi alergi setelah pemberian makanan agar diberikan pengobatan yang tepat.
Komentar
Posting Komentar